GEO-WISATA DAN STUDI DI SANGIRAN: SITUS PURBAKALA YANG MENYIMPAN BUKTI DAN CERITA SEJARAH GEOLOGI DAN MANUSIA PURBA YANG DIAKUI DUNIA

GEO-WISATA DAN STUDI DI SANGIRAN: SITUS PURBAKALA YANG MENYIMPAN BUKTI DAN CERITA SEJARAH GEOLOGI DAN MANUSIA PURBA YANG DIAKUI DUNIA

Musium dan Situs Sangiran Situs Purbakala yang Diakui Dunia

Situs Purbakala Sangiran dengan luas sekitar 59,21 km persegi terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar Provinsi Jawa Tengah yaitu meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Museum purbakala serta Kantor Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran beralamat di Jl.Sangiran Km 4, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Atau sekitar 15 km ke arah utara dari Kota Solo.

Tahun 1883 oleh P.E.C schemulling memulai pencarian fosil manusia purba di Sangiran dan kemudian Eugene Dubois melanjutkannya. Pada tahun 1934 Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di  Sangiran. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan sebagai cagar budaya oleh mendikbud kala itu. Sangiran pada tahun 1996 mendapat pengakuan dan penetapan UNESCO sebagai UNESCO World Heritage Site inscription atau Warisan Budaya Dunia Nomor 593 dengan nama The Sangiran Early Man Site. Pengakuan nasional ataupun internasional tersebut menunjukkan pentingnya situs purbakala ini.

Di komplek Sangiran telah diketemukan sebanyak sekitar 100 fosil manusia purba (Homo erectus) atau 50% lebih temuan fosil Homo erectus di dunia. Selain itu di Komplek Sangiran juga ditemukan fosil flora, fauna, serta benda-benda artefak.

Kondisi Geologi

Sangiran berada di lembah  sungai Bengawan Solo, tektonik daerah tersebut menyebabkan daerah sangiran terangkat dan membentuk struktur kubah biasanya dikenal dengan istilah “Sangiran Dome”. Pada Sangiran terdapat Sungai Cemoro yang bermuara di Sungai Bengawan Solo. Karena proses geomorfologi pelapukan dan erosi oleh Sungai Cemoro pada batuan di daerah Sangiran sehingga banyak fosil fosil tersingkap di permukaan.

Di daerah Sangiran dan sekitarnya tersingkap dan ditemukan fosil pada beberapa unit startigrafi diantara adalah Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Grnzbank, Formasi Kabuh, Formaai Notopuro, dan Endapan Resen/Sekarang. Rentang waktu, karakter sedimen, dan temuan fosil pada setiap unit stratigrafi digambarkan dan dijelaskan secara gamblang pada berbagai display dan maket stratigrafi yang ada di Museum Sangiran.

20160528_135638
Foto Display Kolom Stratigrafi dan Fosil yang Ditemui di Sangiran
Peta_Geologi_Sangiran
Peta Geologi Daerah Sangiran dan Sekitarnya (Sumber http://www.sangiranmuseum.com dalam http://www.rarasional.wordpress.com)

 

Fasilitas Pendukung Edukasi, Penelitian dan Rekreasi di Sangiran dan Sekitarnya Continue reading “GEO-WISATA DAN STUDI DI SANGIRAN: SITUS PURBAKALA YANG MENYIMPAN BUKTI DAN CERITA SEJARAH GEOLOGI DAN MANUSIA PURBA YANG DIAKUI DUNIA”

DANAU SINGKARAK, SUMATRA BARAT: MENYIMPAN KEKAYAAN PESONA ALAM DAN PELAJARAN GEOLOGI YANG MENARIK UNTUK DIKETAHUI

DANAU SINGKARAK, SUMATRA BARAT: MENYIMPAN KEKAYAAN PESONA ALAM DAN PELAJARAN GEOLOGI YANG MENARIK UNTUK DIKETAHUI

Danau merupakan kumpulan air dalam jumlah besar pada suatu cekungan. Terbetuknya suatu geometri cekungan diantaranya adalah berkaitan erat dengan proses pemekaran dari terban, sesar geser, tektono-volkanik, dan kawah hasil tumbukan meteor. Sedangkan sumber air yang mengisi danau adalah berasal dari hujan, sungai, mata air dan air tanah.

Danau Singkarak adalah sebuah danau tektonik yang secara administratif berada di dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Tanah Datar. Perairan danau tersebut memiliki luas areal 107,8 m2, dengan panjang maksimum 21 km dan lebar 7 km. Danau tersebut terletak pada ketinggian 362 di atas permukaan laut.

Peta Administratif Danau Singkarak

Volume air di Danau Singkarak sangat dipengaruhi oleh sungai yang berhubungan langsung dengan danau tersebut. Beberapa sungai yang bermuara ke Danau Singkarak antara lain adalah Sungai Sumpur, Tanjung Mutiara, Paninggahan, Saningbaka, Muara Pingai dan Sumani. Sedangkan saluran pembuangan Danau Singkarak adalah Sungai Ombilin yang mengalir kearah timur bermuara ke Provinsi Riau. Sejak Tahun 1998 air Danau Singkarak dialirkan keluar  juga melaui terowongan PLTA Singkarak  di sebelah barat. Continue reading “DANAU SINGKARAK, SUMATRA BARAT: MENYIMPAN KEKAYAAN PESONA ALAM DAN PELAJARAN GEOLOGI YANG MENARIK UNTUK DIKETAHUI”

ESTIMASI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DENGAN PERSEPSI KONDISI RESERVOIR, SIFAT FISIKA-KIMIA BATUBARA DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

ESTIMASI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DENGAN PERSEPSI KONDISI RESERVOIR, SIFAT FISIKA-KIMIA BATUBARA DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Gas metana batubara (GMB) merupakan salah satu jenis hidrokarbon berupa gas berkomposisi utama metana yang tersimpan dalam reservoir beupa batubara. Gas metana tersimpan dalam pori dan cleat batubara bersamaan dengan air. Jikalau dalam migas konvensional terdapat istilah saturasi hidrokarbon, di dalam perhitungan volumetrik gas metana batubara diperlukan nilai gas content atau kandungan gas.

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara sifat fisis dan geokimia batubara serta lingkungan pengendapan batubara dengan kualitas reservoir gas metana, mendapatkan formula perhitungan gas content (kandungan gas) dari analisis proksimat  dan ultimat yang dapat diaplikasikan di lapangan. Properti yang terkait seperti kandungan abu, kadar sulfur, kandungan lengas dikontrol oleh maseral tumbuhan penyusun, lingkungan pengendapan dan proses coalification. Untuk melihat kenampakan fisik dan struktur sedimen kita perlu melihat inti dari batubara dan batuan di atas dan bawahnya sehingga kita dapat menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan diagenesa yang terjadi. Dengan mengetahui dan melihat langsung batuan atau inti bor kita dapat melakukan kalibrasi atau cross-check dengan properti fisika-kimia batubara dari laboratorium.

Gambar Kegiatan Deskripsi Inti Bor untuk Mengetahui Litologi, Ciri Fisik, dan Interpretasi Lingkungan Pengendapan
Gambar Kegiatan Deskripsi Inti Bor untuk Mengetahui Litologi, Ciri Fisik, dan Interpretasi Lingkungan Pengendapan Pekerjaan Studi Geologi Geofisika Gas Metana Batubara. (Foto dari kiri ke kanan: Dimas Lanang Bayushakti, Rahman Aliah, Andang Bachtiar, Jafilus Nurdin, Prihatin Tri Setyobudi).

Secara umum metode pengukuran gas yang dapat tersimpan dan dapat terambil dari batubara di lapangan dan di laboratorium adalah dengan test desorpsi dan tes adsorpsi. Test adsorpsi biasanya dilakukan di laboratorium dan melakukan test dengan pendekatan kondisi tekanan dan temperatur reservoir batubara. Beberpa model persamaan telah dipublikasikan untuk mengetahui besarnya kandungan gas (gas content), yaitu: Continue reading “ESTIMASI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DENGAN PERSEPSI KONDISI RESERVOIR, SIFAT FISIKA-KIMIA BATUBARA DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN”

FORMULA DAN TOOL EXCEL YANG UMUM DIGUNAKAN DALAM PENGELOLAAN DATABASE SAMPEL BATUAN DAN DATA SUMUR

FORMULA DAN TOOL EXCEL YANG UMUM DIGUNAKAN DALAM PENGELOLAAN DATABASE SAMPEL BATUAN DAN DATA SUMUR

Dalam pekerjaan geologi seperti pemetaan geologi permukaan dan pemboran biasanya diambil sampel batuan (hand spacemen, core, sidewall core, cutting, fluida hidrokarbon) untuk kemudian dilakukan berbagai analisis. Baik analisis yang dilakukan di lokasi ataupun di Laboratorium. Analisis yang dilakukan terkait geologi dan petroleum sistem yaitu:

1. Analisis litologi, pengukuran ketebalan, jenis batuan, karakter sedimentologi, interpretasi lingkungan pengendapan dan kedudukan stratigrafi.

2. Analisis umur batuan dan lingkungan pengendapan yaitu berupa analisis Palinologi, mikroforam, nanoplankton, larger foram, pentarikhan atau radioaktif dating.
3. Analisis petrografi, minerologi, dan hidrokarbon show.

4. Analisis properti fisis batuan, seperti densitas, porositas, dan permeabilitas.

5. Analisis geokimia, yaitu kekayaan batuan induk (TOC, S1, S2, S3, HI, OI, kerogen type), kematangan batuan induk (RO, Tmax, TAI), GC, GC-MS, GC-MS-MS Petrografi Maseral.

6. Analsis faktor formasi, saturasi air, saturasi hidrokarbon.

7. Analisis gas desorpasi dan adsorpsi

Setiap batuan yang diambil di lapangan dan dianalisis biasanya memiliki informasi identitas sampel seperti kode sempel, koordinat, kedalaman atau elevasi, rencana analisis. Satu sampel batuan bisa jadi dianalisi lebih dari satu analisis. Untuk itu untuk mempermudah mengelaborasi data diperlukan pengelolaan database yang baik dan mudah dicari informasinya. Fasilitas Microsoft Excel yang sering dipakai dalam rangka pengelolaan database geologi yaitu:

1. Filter

Fasilitas filter ini digunakan untuk mempermudah kita dalam memilih data sesuai kriteria, lokasi, identitas, ataupun data yang memiliki nilai dengan batasan tertentu.

Menghidupkan fasilitas sort & filter
Menghidupkan fasilitas sort & filter

2. Sort Continue reading “FORMULA DAN TOOL EXCEL YANG UMUM DIGUNAKAN DALAM PENGELOLAAN DATABASE SAMPEL BATUAN DAN DATA SUMUR”

GEOLOGI SEHARI-HARI: MEMPERSIAPKAN LAHAN TAPAK DAN MEMBUAT PONDASI RUMAH TINGGAL DENGAN BAIK

​GEOLOGI SEHARI-HARI: MEMPERSIAPKAN LAHAN TAPAK DAN MEMBUAT PONDASI RUMAH TINGGAL DENGAN BAIK

Tahapan awal dalam kegiatan pembangunan rumah dan bangunan lainnya adalah mempersiapkan lokasi dan kemudian diikuti membangun pondasi. Secara umum tulisan ini memiliki ruang lingkup/batasan pembahasan terkait dengan objek  utama berupa rumah hunian atau rumah tinggal. Disadari tentunya cerita mengenai pengetahuan serta kajian geologi keteknikan untuk membangun rumah tinggal akan lebih sederhana dibandingkan dengan membangun bangunan besar dan tinggi lainnya.

I. Memilih dan Menyiapkan Lahan Lokasi Rumah Tinggal

Untuk memilih dan menyiapkan lahan lokasi rumah tinggal perlu diketahui beberapa hal penting dibawah. Rumah tinggal akan kita tinggali dalam jangka waktu panjang sehingga harmonisasi dengan alam secara baik perlu kita pahami dan kerjakan, sehingga timbul rasa aman, nyaman, dan tenteram ketika menempatinya. Histori geologi dan kebencanaan, serta daya dukung tanah biasanya dan seharusnya menjadi pertimbangan pertama dalam memilih lokasi perumahan, walaupun terkadang tidak disadari oleh manusia. Aspek geologi dan kebencaan ini mungkin bisa jadi akan mempengaruhi nilai terbesar dari aspek ekonomi, kehidupan sehari-hari, fasilitas yang berada disekitarnya, serta nilai keindahan alam disekitarnya.

Untuk melihat dan memetakan kondisi geologi dan lingkungan guna medapatkan data dan analisis guna pertimbangan lokasi secara komperhensif dapat dibantu oleh informasi geospasial dengan penggunaan aplikasi GIS dan Google earth. Penggunaan aplikasi dan analisis sederhana terhadap data telah dibahas dibahas pada tulisan sebelumnya, silahkan baca pada link berikut https://ptbudie.com/2017/03/22/pemilihan-lokasi-rumah-tinggal-bagian-1-memanfaatkan-google-earth-dan-data-gis-sebagai-bahan-pertimbangan/

a. Histori Geologi dan Kebencanaan

Continue reading “GEOLOGI SEHARI-HARI: MEMPERSIAPKAN LAHAN TAPAK DAN MEMBUAT PONDASI RUMAH TINGGAL DENGAN BAIK”

TANTANGAN GEOSAINTIS MUDA DAN PEKERJA SEKTOR MIGAS DI SAAT TURUNNYA HARGA MINYAK MENTAH DUNIA: AMBIL HIKMAHNYA, TETAP OPTIMIS DALAM BEKERJA DAN BERIBADAH, MARI SONGSONG MASA DEPAN LEBIH CERAH

TANTANGAN GEOSAINTIS MUDA DAN PEKERJA SEKTOR MIGAS DI SAAT TURUNNYA HARGA MINYAK MENTAH DUNIA: AMBIL HIKMAHNYA, TETAP OPTIMIS DALAM BEKERJA DAN BERIBADAH, MARI SONGSONG MASA DEPAN LEBIH CERAH

Kondisi harga minyak mentah dunia yang turun dan menyentuh 30-anUSD per barrel pada tahun 2015 – 2016 yang lalu menimbulkan berbagai gejolak dan efek untuk pekerja di industri migas. Tahun 2017 ini alhamdulillah perlahan mulai membaik dan sudah menyentuh angka 50anUSD per barrel.

Agak berbeda dengan kebanyakan tulisan-tulisan sebelumnya pada website ini yang lebih menekankan keilmiahan, tulisan ini berisi cerita pengalaman dan opini, namun tetap dilengkapi data survei dan analisis yang terkait. Dengan adanya tulisan ini, semoga memudahkan generasi selanjutnya dapat membaca jejak kejadian, suasana hati serta pikiran efek dari turunnya harga minyak dunia sekarang ini, terutama berkaitan dengan profesi geosaintis (khususnya geosaintis muda) atau pekerja di sektor migas, sehingga kedepan bisa lebih antisipatif dan optimis.

The Dynamics of Crude Oil Prices
Gambar Grafik Naik-Turun Harga Minyak Mentah Dunia (modifikasi Lubiantara, B., 2015 dalam FGMI, 2016)

Dimanakah Posisi Kita Saat Itu? 

Apakah kita tergolong orang yang merasakan satu atau lebih dari kondisi berikut: Continue reading “TANTANGAN GEOSAINTIS MUDA DAN PEKERJA SEKTOR MIGAS DI SAAT TURUNNYA HARGA MINYAK MENTAH DUNIA: AMBIL HIKMAHNYA, TETAP OPTIMIS DALAM BEKERJA DAN BERIBADAH, MARI SONGSONG MASA DEPAN LEBIH CERAH”

PENGENALAN PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN DENGAN METODE PENGUKURAN STRATIGRAFI TERUKUR DAN TERIKAT (ATAU SERING DISEBUT CHAINING)

PENGENALAN PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN DENGAN METODE PENGUKURAN STRATIGRAFI TERUKUR DAN TERIKAT (ATAU SERING DISEBUT CHAINING)

Lembar peta geologi yang berada pada daerah yang permukaannya tersusun oleh batuan sedimen biasanya mengunakan satuan stratigrafi batuan dari unit litostratigrafi yaitu berupa bed, bed set, anggota, formasi, dan grup. Pengelompokan satuan batuan ini biasanya berdasarkan atas kesamaan ciri fisik dan jenis batuan. Ciri fisik dan jenis batuan yang dimaksud seperti perlapisan batupasir, perselingan batupasir dan batulempung, batugamping terumbu, batugamping berlapis, batupasir tuffaan, napal, breksi, konglomerat, batubara dan lain sebagainya. Penamaan dari unit litostratigrafi  ini biasanya didasarkan atas lokasi atau daerah ditemukannya atau atau kesamaan ciri fisik dan jenis batuan di daerah tertentu. Sering menjadi kendala dalam pengaplikasian pemetaan geologi dengan unit litostratigrafi adalah apabila jenis batuan dikaitkan dengan detail lingkungan pengendapan yang  mempunyai kemiripian jenis dan sifat fisik batuan. Seperti pada kasus batuan sedimen pada lingkungan fluvial – delta, pada lingkungan ini batulempung, batupasir, batubara yang terdapat pada fluvial, upper delta plain (UDP), lower delta front (LDP), delta front, bahkan pro-delta sampai slope. Sering pula pada peta geologi saat ini penamaan dan pengelompokan unit stratigrafi ini terbatas atas kapling atau batas pemetaan sehingga penamaan atas unit batuan yang sama secara fisik dan jenis batuannya bisa memiliki nama yang beda walaupun bersebelahan atau bahkan bertampalan pada batas lokasi pemetaan.

Karena hal-hal tersebut di atas, sering diaplikasikan pemetaan berbasis unit stratigrafi fasies lingkungan pengendapan. Pemetaan dengan unit stratigrafi ini sebenarnya juga berlandaskan dan didukung data dan analisis litostratigrafi, kronostratigrafi, biostratigrafi, dan sekuen stratigrafi. Sering pula dalam pelaksaanaan pekerjaan dan hasil stratigrafi dibuat kesebandingan antara unit stratigrafi tersebut, bahkan dengan mudah dapat pula dibuat peta geologi fasies lingkungan pengendapan, serta peta geologi litostratigrafi detail.

Metode chaining ini merupakan modifikasi atau kombinasi dari ilmu pemetaan geologi yang secara umum telah diajarkan saat dibangku perkuliahan. Tulisan ini disusun atas dasar pengalaman beberapa kali pemetaan geologi untuk memecahkan beberapa kasus eksplorasi, seperti dalam kasus permasalahan stratigrafi, apakah Eosen sudah di permukaan ataukah masih terpendam jauh di dalam?; Permasalahan struktur geologi, apakah terjadi rembesan hidrokarbon dari lead sub-thrust?; Permasalahan sistem perminyakan, bagaimana sebaran dan play sistem perminyakan berumur Paleogen pada lapangan yang di atasnya sudah produksi hidrokarbon Sistem Perminyakan Neogen?; serta kasus lainya seperti stratigrafi dan potensi sistem perminyakan batuan berumur pra-Tersier; Menjadi jembatan studi geologi dan geofisika selanjutnya, seperti mendapatkan informasi kedalaman distribusi batubara yang mengadsorb energi seismik, merekomendasikan fokus studi lokasi survey microseepage berdasarkan play sistem perminyakan yang digenerate dari proses pemetaan geologi.

SEKILAS TENTANG BEBERAPA TEKNIK PEMETAAN GEOLOGI

Teknik akuisis data dalam pemetaan geologi yang biasa dilakukan yaitu: Continue reading “PENGENALAN PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN DENGAN METODE PENGUKURAN STRATIGRAFI TERUKUR DAN TERIKAT (ATAU SERING DISEBUT CHAINING)”

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL DENGAN MEMANFAATKAN GOOGLE EARTH DAN DATA GIS SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL DENGAN MEMANFAATKAN GOOGLE EARTH DAN DATA GIS SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN

Pemetaan lokasi perumahan-perumahan, fasilitas umum dan akses transportasi (seperti pasar, pintu tol, stasiun, terminal) di daerah Bekasi yang pernah saya petakan disaat keluarga saya mencari rumah tinggal di Bekasi akan menjadi mubadzir jika tidak di-share, baik cerita dan file google earth. Pekerjaan ini dicoba dikembangkan pada tahap awal dengan platform google earth, pada pertengahan bulan Februari 2017. Tujuan membuat projek ini adalah untuk dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal yang terbaik bagi keluarga, yang tentunya pekerjaan ini perlu diikuti dengan proses analisis dan sintesa, baik analisis yang sifatnya sederhana dan analisis lanjut yang dikolaborasi dengan data berbasis GIS lainnya yang diolah dengan perangkat lunak GIS lainnya (seperti map info, global mapper, arc gis, dll), serta dapat dikaitkan dengan berbagai macam aspek dan pendekatan ilmiah (geologi, tata lingkungan, kebencanaan, investasi, dan lain sebagainya).

Gambar Google Earth Plot Lokasi Perumahan dan Fasilitas Penting di Bekasi
Gambar Google Earth Plot Lokasi Perumahan dan Fasilitas Penting di Bekasi.
Google Earth Perumahan di Bekasi Timur dan Tambun Selatan
Gambar Google Earth Di Zoom di Bekasi Timur dan Tambun Selatan Serta Plot Lokasi Perumahan dan Titik-Titik Penting.

Dengan file atau projek google earth ini saya dapat melakukan beberapa hal: Continue reading “PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL DENGAN MEMANFAATKAN GOOGLE EARTH DAN DATA GIS SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN”

Pemanfaatan Website Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) Geologi dan Geofisika Untuk Memantau Potensi Genangan atau Banjir

Pemanfaatan Website Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) Geologi dan Geofisika Untuk Memantau Potensi Genangan atau Banjir

Tulisan  ini berisi tentang hal-hal simpel (namun sangat besar gunanya) yang bisa dilakukan oleh kita sebagai masyarakat umum di saat lingkungan sekitar sedang/sering terjadi genangan dan berpotensi terjadi banjir. Hal-hal simpel (namun sangat besar gunanya) yang  dimaksud adalah mamanfaatkan teknologi telephone pintar  yang selalu dekat dengan kita dan mendapatkan informasi dari website berbasis Sistem Informasi Geografi, Geologi dan Geofisika guna memantau potensi genangan dan banjir. Tulisan ini disampaikan secara sekilas sebagai pendahuluan penambah wawasan dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna kehidupan sehari-hari, selebihnya lebih detail akan dibahas penulis pada bagian selanjutnya secara terpisah.

Tujuan dalam penggunaan  informasi SIG, Geologi dan Geofisika ini adalah agar kita mendapatkan informasi ter-update yang dapat digunakan sebagai pertimbangan atas langkah taktis yang akan kita kerjakan, dan pada akhirnya dapat mengurangi resiko dan kerugian. Sebagai contoh kecil yaitu ketika memilih rute jalan dan pulang dari rumah ke kantor merupakan sesuatu yang penting untuk menghindari kemacetan dan terjebak genangan sehingga kendaraan (mobil/motor) kita aman melewati dan tidak menghabiskan waktu dan bahan bakar. Contoh lainnya kita mendapat pertimbangan kapan kita perlu mengevakuasi anggota keluarga dan menyelamatkan barang-barang di rumah ketika terdapat potensi genangan dan banjir.

Hal-hal  (simpel) yang perlu kita ketahui dan dapat dilakukan (dengan mudah) dilakukan dengan memanfaatkan teknologi smartphone dan website berbasis sistem informasi geografi, geologi dan geofisika disaat musim penghujan ataupun berpotensi terjadi banyak genangan dan banjir:

1. Memantau perkiraan cuaca, curah hujan, dan peringatan dini dari BMKG (http://www.bmkg.go.id/) ataupun juga dapat menggunakan aplikasi BMKG yang dapat diinstal pada mobile-phone anda.

twitter BMKG yang realtime mengupdate informasi tantang informasi cuaca dan gempa bumi
Twitter BMKG yang realtime mengupdate informasi tantang informasi cuaca dan gempa bumi

Continue reading “Pemanfaatan Website Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) Geologi dan Geofisika Untuk Memantau Potensi Genangan atau Banjir”

SEKILAS METODE PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KARAKTERISTIK RESERVOIR BATUAN DASAR

SEKILAS METODE PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KARAKTERISTIK RESERVOIR BATUAN DASAR

Penyelidikan karakteristik pada reservoir batuan dasar ini terdiri dari penyelidikan langsung dan penyelidikan tidak langsung. Penyelidikan langsung diantaranya adalah berupa pengamatan singkapan dipermukaan, penyelidikan cutting pemboran mud log dan inti pemboran. Secara visual geometri rekahan ataupun pelapukan dan pelarutan dapat teramati dari inti pemboran. Selain itu dari inti pemboran juga dapat diketahui sifat mekanika batuan dengan melalui proses tes di laboratorium.

Penyelidikan tidak langsung adalah pengamatan dengan mengunakan metode-metode geofisika, yaitu

A. Penyelidikan Conventional Log

Penyelidikan conventional log adalah dengan mengunakan log Gamma Ray (GR), Spontaneous Potential (SP), Resistivitas, Neutron, Densitas, dan Sonik.

Log Gamma Ray (GR) adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat di dalam batuan di sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium (Harsono, 1997).

Menurut Harsono (1997) log SP (Spontaneous Potential) merupakan hasil dari pengukuran beda potensial arus searah antara elektroda di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan.

Log neutron merupakan log yang berfungsi untuk menentukan besarnya porositas suatu batuan (Harsono, 1997). Log ini tidak mengukur porositas sesungguhnya dari batuan, melainkan yang diukur adalah keterdapatan hidrogen dalam pori-pori batuan.

Tabel 1. Kegunaan Utama Open-hole Wireline Logs (Rider, 2002)
Tabel 1. Kegunaan Utama Open-hole Wireline Logs (Rider, 2002)
Continue reading “SEKILAS METODE PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA KARAKTERISTIK RESERVOIR BATUAN DASAR”

PENGANTAR PETROLOGI, JENIS REKAHAN, DAN PELAPUKAN BATUAN RESERVOIR GRANITIK

PENGANTAR PETROLOGI, JENIS REKAHAN, DAN PELAPUKAN BATUAN RESERVOIR GRANITIK

Salah satu jenis batuan yang menjadi batuan dasar yang berpotensi sebagai reservoir di dearah penelitian adalah granit. Pada bagian ini akan diberikan uraian mengenai pengantar petrologi dari granit, beberapa kemumgkinan genesa atau asal muasal terbentuknya porositas dan permeabilitas batuan granit karena adanya rekahan dan pelapukan. Selain itu uraian proses sedimentasi jarak dekat disekitar tinggian, yang masih mencerminkan batuan granit sebagai granit wash juga tercantum pada bagian ini.

Tulisan ini diharapkan sedikit banyak dapat memberikan pemahaman/dasar teori kepada pembaca mengenai gambaran/analogi kondisi reservoir di bawah permukaan dan singkapan batuan granit yang ada dipermukaan, untuk itu perlu juga dibaca tentang model migrasi dan akumulasi batuan dasar pada tulisan sebelumnya pada kategori “Basement Reservoir” (link: https://ptbudie.com/2014/04/01/migrasi-dan-akumulasi-hidrokarbon-dari-batuan-induk-menuju-batuan-dasar-yang-terekahkan/)

A. Pengantar Petrologi Batuan Granit

Menurut Graha (1987) granit diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan atas tekstur utamanya yaitu granit faneritik dan afanitik.

Granit Faneritik

Granit kelompok ini terdiri dari batuan pluton yang biasa disebut dengan batolit. Granit ini berbutir sangat kasar dengan kombinasi warna antara putih sampai abu-abu. Bertekstur holokristalin, hipidiomorpik, dan equigranular. Fenokris yang besar dari ortoklas, kadang-kadang batuan ini ada yang bertekstur porpiri. Dalam jumlah yang sangat kecil kita akan mendapatkan xenolit didalam tubuh granit. Struktur yang biasa terdapat pada batu granit adalah struktur kekar. Continue reading “PENGANTAR PETROLOGI, JENIS REKAHAN, DAN PELAPUKAN BATUAN RESERVOIR GRANITIK”

BATUAN DASAR CEKUNGAN TERSIER SUMATRA SELATAN

BATUAN DASAR CEKUNGAN TERSIER SUMATRA SELATAN

Batuan dasar di Sumatra Selatan telah terbukti menjadi reservoir hidrokarbon, seperti pada lapangan Suban, dan sewajarnya juga ditemui pada daerah lainnya. Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai potensi hidrokarbon dari batuan dasar ini, alangkah baiknya kita kenali lebih dahulu konfigurasi  batuan dasar ataupun batuan pra-Tersier yang ada di Sumatra pada umumnya dan Sumatra Selatan khususnya yang pernah diteliti oleh penulis pada tahun 2010-2011 pada salah satu lapangan di Jambi.

Menurut Salim dkk (1995) sejarah geologi tentang batuan pre-Tersier adalah tidak terlalu dikenali. Deskripsi kejadian pre-Tersier adalah berdasarakan pada penggalan data dari singkapan di Jajaran Pegunungan Barisan, Gunung Tiga Puluh, dan Gunung Dua Belas dan di kepulauan di timur Sumatra seperti Pulau Bangka, Belitung, Singkep dan juga dari data sumur. Bervariasi pada komposisi, bagian pre-Tersier terusun atas granit, kuarsit, batugamping, serpih, meta-sedimen, filit, sekis, andesit, dan basalt. Umur sekuen litologi pre-Tersier berkisar antara Paleozoik akhir sampai Mesozoik Akhir.

Gambar 1. Sebaran Jenis Batuan Dasar di Cekungan Sumatra Selatan (Ginger dan Fielding, 2005)
Gambar 1. Sebaran Jenis Batuan Dasar di Cekungan Sumatra Selatan (Ginger dan Fielding, 2005)

Continue reading “BATUAN DASAR CEKUNGAN TERSIER SUMATRA SELATAN”

KLASIFIKASI SESAR BERDASARKAN PRINCIPAL STRESS MENURUT ANDERSON (1951)

KLASIFIKASI SESAR BERDASARKAN PRINCIPAL STRESS MENURUT ANDERSON (1951)

Klasifikasi Anderson (1951) membagi jenis sesar berdasarkan atas principle stress. Principal stress adalah stress yang bekerja tegak lurus bidang sehingga harga komponen shear stress pada bidang tersebut adalah nol. Bidang tersebut dikenal sebagai bidang utama atau principal surface. Terdapat tiga principal stress yaitu s1, s2, dan s3, dimana σ1 (S1) >  (S2) > σ3 (S3). Dari 3 sumbu tersebut dapat pisahkan menjadi 2 sumbu berdasarkan orientrasi sumbu, yaitu sumbu horizontal (Sh) dan sumbu vertikal (Sv), dimana Sh terdiri dari 2 sumbu yaitu sumbu horizontal dengan nilai maksimum (SHmax) dan sumbu horizontal dengan nilai minimum (Shmin), sedangkan Sv hanya mempunyai satu sumbu saja. Sumbu ini lah yang mengontrol terbentuknya klasifikasi sesar, yaitu sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar.

Klasifikasi Sesar dan Principal Stress Pembentuknya (Anderson, 1951 dalam Zoback 2007)
Gambar 1. Klasifikasi Sesar dan Principal Stress Pembentuknya (Anderson, 1951 dalam Zoback 2007)

Tabel 1. Hubungan sumbu dengan jenis sesar berdasarkan Klasifikasi Anderson (1951)

Continue reading “KLASIFIKASI SESAR BERDASARKAN PRINCIPAL STRESS MENURUT ANDERSON (1951)”

SESAR NORMAL (NORMAL FAULT)

SESAR NORMAL (NORMAL FAULT)

Model Sesar Normal

Secara umum, model sesar yang terbentuk pada sesar normal adalah sesar planar dan sesar listrik dengan gerakan yang rotasional maupun non rotasional. Gerakan rotasional pada sesar planar akan menghasilkan efek domino sehingga lapisan batuan pada hanging wall dan foot wall akan berotasi. Sedangkan sesar planar non rotasional akan menghasilkan sesar normal dengan sudut yang tinggi dan rendah.

Sesar listrik merupakan sesar normal yang bergerak pada bidang yang melengkung. Bila gerakannya rotasional, maka hanya lapisan pada hanging wall yang akan berotasi. Sedangkan apabila pergerakannya non rotasional, maka dapat terjadi kompaksi pada lapisan batuan setelah terjadinya sesar.

Model sesar normal dalam Hill (2003)
Gambar 1. Model sesar normal dalam Hill (2003)

 

Menurut Twiss dan More (1992) sesar normal dibagi menjadi tiga tipe model berdasarkan geometri dan pergerakannya yaitu: Continue reading “SESAR NORMAL (NORMAL FAULT)”

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN

A. Struktur Geologi 

Menurut Situmorang dkk (1991) secara umum Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua terban berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh sesar Tanjung Ampalu berarah utara-selatan. Menurut Hastuti, dkk (2001) terdapat 5 fase tektonik yang bekerja di cekungan Ombilin pada saat Tersier seoerti pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)
Gambar 1. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)

Skema perkembangan Cekungan Ombilin dari Pra-Tersier sampai dengan sekarang sebagai strike slip basin adalah seperti di gambar 2. Continue reading “GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN”

POSISI STRATIGRAFI DAN ANALOGI SEDIMENTASI: BATUBARA DAN BATUPASIR SILIKA TUFFAN YANG DITEMUKAN DI PERBUKITAN NGALAU

POSISI STRATIGRAFI DAN ANALOGI SEDIMENTASI: BATUBARA DAN BATUPASIR SILIKA TUFFAN YANG DITEMUKAN DI PERBUKITAN NGALAU

Berdasarkan data peneliti terdahulu, litostratigrafi dan tektonostratigrafi batuan Tersier di Cekungan Ombilin dan  Cekungan Sumatra Selatan  telah dapat dijelaskan dan diketahui hubungannnya berdasarkan  ciri litologi serta didukung data hasil penelitian terdahulu. Akan tetapi dari salah satu stasiun pengamatan geologi pada saat program ekskursi geologi regional S2, ditemukan keberadaan batubara yang kontak dengan batupasir silica tuffan, yang hadir disekitar batugamping mesozoik di Perbukitan Ngalau, lokasi penambangan Indarung PT. Semen Padang. Dijadikan bahan diskusi pada tulisan ini karena belum dijelaskan posisi stratigrafi dan proses sedimentasi.

Batubara dan Batupasir Silika Tuffan di Perbukitan Ngalau
Gambar 1. Batubara dan Batupasir Silika Tuffan di Perbukitan Ngalau

Menurut Yancey dan Alif (1977) lokasi ini tersusun atas Formasi Indarung yang terdiri dari Batugamping, Batugamping metasomastis, batupasir, serpih, rijang, dan konglomerat. Anggota Ngalau terdiri atas perlapisan batupasir dan serpih, batugamping, rijang, dan batuan volkanik (Gambar 2). Dalam penelitian terdahulu, keberadaan batubara (Gambar 1) belum diteliti dan terpetakan menjadi bagian Anggota Ngalau atau Formasi Indarung. Sehingga posisi stratigrafinya belum ditentukan. Continue reading “POSISI STRATIGRAFI DAN ANALOGI SEDIMENTASI: BATUBARA DAN BATUPASIR SILIKA TUFFAN YANG DITEMUKAN DI PERBUKITAN NGALAU”

MEMILIH JENIS INVESTASI KONVENSIONAL POPULER DI INDONESIA

MEMILIH JENIS INVESTASI KONVENSIONAL POPULER DI INDONESIA

Jenis-jenis investasi populer di indonesia diantaranya adalah:

  1. Tabungan
  2. Deposito
  3. Saham
  4. Asuransi
  5. Obligasi Ritel Negara (ORI)
  6. Reksadana
  7. Forex.

Salah satu yang hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam berinvestasi yaitu tingkat resiko investasi:

  1. Tabungan, tergantung rasio antara kredit dan debit bank tersebut. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya menjamin maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank. Lebih dari itu sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut. Termasuk Investasi Low Risk.
  2. Deposito resikonya sama dengan tabungan. Termasuk Investasi Low Risk.
  3. Saham resikonya tergantung pada Stabilitas Makro ekonomi dan Global. High Risk!
  4. Asuransi resikonya sama dengan tabungan. Termasuk Investasi Low Risk.
  5. ORI resikonya ditanggung pemerintah. Termasuk Investasi Low Risk.
  6. Reksadana resikonya ditanggung Manajer investasi, uangnya diputar lagi di saham dan forex. Termasuk Investasi Medium Risk.
  7. Forex resikonya tergantung pada Stabilitas Ekonomi Global. Termasuk Investasi High Risk.

Continue reading “MEMILIH JENIS INVESTASI KONVENSIONAL POPULER DI INDONESIA”

ENERGI MIX INDONESIA

ENERGI MIX INDONESIA

(Sebuah Catatan Kuliah “Ekonomi Migas” oleh HL. Ong -2014)

A. Energy Mix Indonesia Berdasarkan DEN (2014) dan Berdasarkan Peraturan Presiden (2006)

Negara memerlukan data cadangan untuk energy planning, untuk energy security, dan untuk dijadikan salah satu masukan dalam pengambilan kebijakan/policy atau UU. Mengetahui cadangan jenis apa, dimana, dan besarnya, akan dijadikan salah satu dasar pembuatan UUMigas.

Contoh konkrit dimana cadangan memegang peranan penting dalam pengambil kebijaksanaan (UU) adalah keputusan Dewan Energi Nasional baru-baru ini, 2014. Pemerintah beranggapan bahwa 40% cadangan eneri geothermal di dunia ada di Indonesia. Karenanya DEN mengeluarkan semacam fatwa bahwa pemakaian Energi Baru dan Terbarukan yang komponen utamanya adalah Geothermal Energi yang sekarang 6% (seharusnya 3%), perlu ditingakatkan tiga sampai empat kali lipat pada tahun 2025. Continue reading “ENERGI MIX INDONESIA”

MIGRASI DAN AKUMULASI HIDROKARBON DARI BATUAN INDUK MENUJU BATUAN DASAR YANG TEREKAHKAN

MIGRASI DAN AKUMULASI HIDROKARBON DARI BATUAN INDUK MENUJU BATUAN DASAR YANG TEREKAHKAN

Menurut Sircar (2004) ada beberapa kemungkinan terjadinya migrasi minyak ke batuan dasar. Pada umumnya dikenal tiga konfigurasi batuan induk dan batuan dasar, yaitu:

  1. Batuan organik menutupi batuan dasar terekahkan ini, dan karena adanya tekanan yang lokal ke bawah, maka minyak diperas dan dialirkan ke bawah menuju batuan dasar yang terekahkan.
  2. Lateral dengan batuan dasar, namun secara topografi batuan organik di bawahnya yang memproduksi minyak dan mengalirkannya melalui lapisan pembawa, dan termigrasi keatas menuju  batuan dasar.
  3. Batuan induk terletak di bawah daripada batuan dasar. Reservoir lateral yang awalnya menjebak minyak tumpah karena adanya proses tilting atau overfilling

Mekanisme migrasi hidrokarbon ke arah bawah dari sistem reservoir ini sangat memungkinkan ketika terjadi pembesaran rekahan yang diakibatkan selama merekah pada sebuah kondisi ketidakseragaman medan tegangan (stress field). Dilatansi pada batuan reservoir di bawah lapisan sedimen mengurangi tekanan hidrostatik pada area lokal yang terdeformasi. Continue reading “MIGRASI DAN AKUMULASI HIDROKARBON DARI BATUAN INDUK MENUJU BATUAN DASAR YANG TEREKAHKAN”

DESKRIPSI BATUAN BEKU

DESKRIPSI BATUAN BEKU

Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik.  Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama  harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah:

  1. Warna Batuan
  2. Struktur Batuan
  3. Tekstur Batuan
  4. Bentuk Batuan
  5. Komposisi Mineral Batuan

1. Warna Batuan

Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku: Continue reading “DESKRIPSI BATUAN BEKU”

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

A. Struktur Batuan Metamorf

Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).

Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

1a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak). Continue reading “STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF”

PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

A. Batuan Sedimen di Bumi

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).

Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda-beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108  kilometer kubik (Clarke ,1924). Continue reading “PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA”

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE METAMORFISME

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE METAMORFISME

A. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C +  500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994). Continue reading “PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE METAMORFISME”

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN MINERALOGI

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN MINERALOGI

A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia

Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :

a. Batuan Beku Asam

Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2)  lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.

b. Batuan  Beku Menengah (intermediat)

Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.

c. Batuan Beku Basa Continue reading “KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN MINERALOGI”

BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA

BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA

A. Pengertian dan Genesa Batuan Beku

Batuan Beku adalah Kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil magma yang mendingin ( Walter T. Huang, 1962 ). Sedangkan menurut Graha (1987) adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar, yang kita kenal dengan magma.

Batuan beku meliputi sekitar 95 % bagian teratas kerak bumi (15km) tetapi jumlahnya yang besar tersebut sering tidak tampak karena tertutupilapisan yang relatif tipis dari batuan sedimen dan metamorf. Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, cairan silika yang mengkristal atau membeku di dalam daan di permukaan bumi. Temperatur yang tinggi dari magma (900°C – 1000°C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian yang dalam dari bumi. Semua material gunung berapi yang dikeluarkan ke permukaan bumi akan mendingin dengan cepat, sedang proses pembantukan batuan beku yang terjadi di bawah permukaan bumi berlangsung lama. Dalam suatu magma yang mengandung unsur O, Si, Mg, dan Fe maka mineral dengan titik beku tertinggi Mg-olivin (forsterite), akan mengkristal pertama kemudian diikutioleh Fe-olivin (fayelite). Pada magma yang kaya akan komponen plagioklas, maka anortit akan megkristal dahulu kemudian didikuti yang lainnnya sampai albit. Kristalisasi semacam ini terjadi akibat reaksi menerus yang terjadi pada kesetimbangan antara cairan dan endapan kristal sebagai fungsi turunan temperatur (Subroto, 1984). Continue reading “BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA”